Kesepakatan Bersama
Tak hanya membentuk SIBAT warga Kelurahan Mata Air juga membuat Kesepakatan Bersama terkait dengan penanganan bencana di wilayah mereka. Kesepakatan ini tak ubahnya Peraturan Desa (Perdes) yang harus dipatuhi semua warga. Kesepakatan tentang Perlindungan Wilayah Sempadan Sungai untuk Mitigasi Bencana Banjir tersebut terdiri dari 19 Pasal.
Garis besar dari kesepakatan tersebut menekankan pentingnya melindungi dan mengelola sumber daya alam secara terorganisir dan terencana agar dapat berkelanjutan. Selain itu, juga mengatur tentang pentingnya memelihara kelestarian fungsi-fungsi ekosistem sumber daya DAS untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dan tak kalah penting adalah adanya sanksi bagi mereka yang membuang sampah sembarangan, membuka lahan dengan menebang pohon untuk tanaman semusim, serta mengambil material tanah, pasir, batu yang dapat menimbulkan abrasi.
Kesepakatan Bersama ini ditanda-tangani oleh Lurah Mata Air dan seluruh Ketua RW. Upaya-upaya PMI Manggarai dan SIBAT Kelurahan Mata Air ini cukup berhasil. Warga kini mulai paham bagaimana cara-cara menanggulangi dan menghindari bencana banjir.
Hal ini diakui oleh Wakil Kepala SDN Reo II Rofinus Mancang.“PMI ini bergerak ke kecamatan sampai ke sekolah. Dan kami rasakan sampai sekarang itu ada efeknya. Dampaknya siswa mengetahui banyak hal yang berkaitan dengan bencana, baik yang terjadi di sekolah ataupun yang terjadi saat perubahan musim tiba,” ungkap Rofinus.
“Terima kasih PMI. Kalau sebelumnya kita hanya mendengar nama PMI saja, tapi kegiatannya tidak kelihatan. Tapi sejak mereka masuk ke sekolah, dampak bagi guru juga ada. PMI ini terus memberikan pendampingan, informasi, bahkan pelatihan. Ini gencar dilakukan sehingga kami sebagai pihak sekolah juga cukup merasakan,” sambungnya.
Rofinus mengatakan, materi pelatihan yang diajarkan sederhana saja, terutama terkait dengan mitigasi bencana yang terjadi, baik skala besar maupun kecil. PMI dan SIBAT hanya fokus melatih siswa-siswa dari kelas tertinggi seperti Kelas V dan Kelas VI.
Nanti mereka yang akan menyampaikan materi-materi yang didapatkan kepada adik-adik kelas mereka. Misalnya jika banjir, apa yang harus dilakukan? Kemudian bagaimana menolong teman yang terkena musibah?
“Para siswa senang dan antusias. Apalagi saat PMI memberikan banyak bantuan fisik seperti alat pelindung diri (APD), tandu, alat pemadam ringan, megafon dan alarm. Mereka senang sekali. Oh ternyata apa yang mereka latih dulu sekarang ada alatnya,” tutur Rofinus.
Selain itu, lanjut Rofinus, para siswa juga sudah tahu harus ke mana saat banjir datang. Dan bangunan mana yang akan dijadikan tempat untuk berkumpul.
Regin, Siswa Kelas VI SDN REO II, mengaku senang mendapatkan pelatihan dari PMI dan SIBAT. “Jadi kami tahu bagaimana kalau terjadi bencana. Yang paling penting saat terjadi bencana adalah kita melindungi diri kita,” ujarnya.

Rekan sekelas Regin yang bernama Elin menimpali, “Jika terjadi banjir, kita harus lari ke tempat yang lebih tinggi. Kalau ada gempa bumi, kita harus berlindung di bawah meja atau lari ke titik kumpul.”
Elin mengatakan, titik kumpul di sekolahnya terdapat di tengah-tengah halaman sekolah. Para siswa harus ke sana jika terjadi bencana atau mendengar bunyi sirene. Gadis cilik ini juga mengaku senang mendapatkan ilmu dan pengetahuan tentang kebencanaan.
Lurah Mata Air Rita Udin juga menegaskan, bahwa sebagian wilayahnya merupakan kawasan rawan banjir. Untuk itu, ia menyambut baik dan sangat mendukung program-program PMI dan SIBAT. “Beberapa kegiatan mitigasi sudah dilaksanakan. Perbaikan saluran drainase, pemeliharaan hutan dan aliran DAS juga sudah berjalan,” ungkapnya.
Udin juga mengapresiasi terbentuknya SIBAT Keluarahan Mata Air yang senantiasa siap siaga dalam menghadapi bencana. “Kami (aparat kelurahan) memang punya keterbatasan. Daerah otonom tidak leluasa untuk bisa mengintervensi semua kekurangan. Sejak 2020, PMI dan kawan-kawan SIBAT telah banyak membantu kami, terutama intervensi yang berkaitan dengan lingkungan hidup,” kata Udin.
Menurut dia, pemeliharaan hutan dan aliran DAS serta penanaman bibit pohon yang dilakukan SIBAT cukup berhasil. Target penanaman mereka sudah sesuai yang diharapkan.
“Penanaman sudah selesai, tinggal sekarang proses pemeliharaan. Kita melihat dampaknya untuk jangka panjang. Hari ini kita bertanggung jawab dengan kerusakan alam yang disebabkan oleh orang-orang tidak bertanggung jawab,” tegasnya.
Udin berharap PMI agar tetap hadir bersama warganya dengan beragam program lainnya. Tak hanya soal mitigasi kebencanaan. Yang penting, kata dia, adalah pendampingan. Dengan begitu, ia dan warganya makin tangguh dalam menghadapi ancaman bencana yang mengintai di Mata Air.*
Baca juga: Mangrove dan Cemara Laut Sang Penjaga Pantai